Nishfu Sya’ban: Keutamaan dan Cara Meraihnya
Oleh: Abu Hasan Mubarok, Gr. S.SI. M.Pd
Ketua Umum MUI Penajam Paser Utara
إن الحمد لله تقدَّس ذاتًا وصفاتٍ وجمالاً، وعزَّ
عظمةً وعلوًّا وجلالاً، وتعالى مجدًا ورفعةً وكمالاً، أحمده - سبحانه - برَى الخلائقَ
فلا نقصَ يعرُوها ولا اعتِلالاً. لك الحمدُ حمدًا طيبًا ومُبارَكًا لك الحمدُ
مولانا عليك المُعوَّلُ، لك الحمدُ أعلى الحمد والشكرِ والثَّنا، أعزُّ وأزكَى ما
يكونُ وأفضلُ. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له شهادةً تعنُو لها القلوبُ
خضوعًا وامتِثالاً، وأشهد أن نبيَّنا وسيدَنا محمدًا عبدُ الله ورسولُه خيرُ من
عظَّمَ اللهَ أقوالاً وفِعالاً، صلَّى الله عليه وعلى آله الأُلَى دامَ فيهم
الفضلُ هطَّالاً، وصحبِه الذائِدين عن الإسلام كُماةً أبطالاً، والتابعين ومن
تبِعهم بإحسانٍ ما تعاقبَ النيِّرانِ وتوَالَى، وسلَّم تسليمًا مُبارَكًا
سَلسالاً.
أما بعد: فاتقوا الله - عباد الله -، واعلَموا أن
التقوى نورُ القلوب إلى خشيةِ الله ومِشكاتُها، وسبيلُ محبَّته ومَرقاتُها،
وبُرهانُ رهبتِه ودَلالاتُها، ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴾
Jamaah sidang sholat jum’at yang
dimuliakan Allah swt
Pertama, marilah kita panjatkan puji
kehadirat Allah swt, yang suci Dzat-Nya dan memiliki agung-Nya keindahan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai
akhir zaman.
Selanjutnya,
khatib berpesan kepada diri khatib pada khususnya dan jamaah pada umumnya,
marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt,
dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ingatlah firman
Allah swt, “Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kalian kepada Allah dan
lihatlah pada diri kalian, apa sesungguhnya amalan yang telah kalian persiapkan
untuk negeri akhirat?”
Jamaah sidang sholat jum’at yang
dimuliakan Allah swt
Allah swt
terlah berfirman pada surat at Taubah ayat 36 :
﴿إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ
ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرࣰا فِی كِتَـٰبِ ٱللَّهِ یَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَاۤ أَرۡبَعَةٌ حُرُمࣱۚ ذَ ٰلِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُوا۟ فِیهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَـٰتِلُوا۟
ٱلۡمُشۡرِكِینَ كَاۤفَّةࣰ كَمَا یُقَـٰتِلُونَكُمۡ كَاۤفَّةࣰۚ وَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ
ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِینَ﴾
Artinya:
sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan, hal ini sebagaimana
tercantum dalam kitab Allah, mulai dari hari diciptakan langit dan bumi, di
antaranya ada empat bulan yang dimuliakan. Itulah agama yang lurus, maka
janganlah kalian berbuat kedzaliman pada bulan-bulan Istimewa tersebut, dan
perangilah orang-orang yang Musyrik semuanya sebagaimana mereka telah
memerangimu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah Bersama orang-orang yang
bertakwa.
Imam al
Qurhthubi (w. 671 H) dalam al Jami’ li ahkam al qur’an bahwa yang dimaksud
dengan kitab Allah adalah lauhul mahfuz. Artinya bahwa bilangan empat untuk
bulan-bulan yagn diistimewakan sudah telah ditetapkan dan ditentukan sejak
penciptaan langit dan bumi dan itu tertulis di lauhul mahfuz.
Imam an Nasai
meriwayatkan sebuah hadits dari jalur Usamah bin Zaid RA bahwa Rasulullah saw
bersabda:
يا رسولَ اللَّهِ ! لم ارك تَصومُ
شَهْرًا منَ الشُّهورِ ما تصومُ من شعبانَ ؟ ! قالَ : ذلِكَ شَهْرٌ يَغفُلُ
النَّاسُ عنهُ بينَ رجبٍ ورمضانَ ، وَهوَ شَهْرٌ تُرفَعُ فيهِ الأعمالُ إلى ربِّ
العالمينَ ، فأحبُّ أن يُرفَعَ عمَلي وأَنا صائمٌ
Artinya: ya
Rasulullah, Saya tidak melihat engkau banyak berpuasa pada bulan-bulan lainnya,
sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban? Rasulullah saw menjawab, “itu
adalah bulan yang banyak dilupakan manusia, bulan mulia antara Rajab dan
Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal perbuatan ke hadirat
Allah Tuhan Seluruh Alam, dan saya suka bila saat amalku diangkat sementara
saya sedang berpuasa. HR. Nasai
Jamaah sidang sholat jum’at yang
dimuliakan Allah swt
Bulan Sya’ban
memiliki keistimewaan tertentu sebagiamana telah disabdakan Rasulullah saw
sendiri. Termasuk pengakuan dari Imam Syafi’i RA sendiri dalam Sunan al Kubra
lil Baihaqi bahwa:
وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ
يُقَالُ : إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ فِى لَيْلَةِ
الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةِ مِنْ
رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Artinya: telah
sampai kepada kami bahwa ada narasi menyebutkan, sesungguhnya doa sangat
dianjurkan pada kelima mala mini, yaitu; 1) malam jum’at, 2) malam ied adha, 3)
malam ied fitri, 4) malam pertama bulan rajab, 5) malam pertengahan sya’ban.
Bahkan
disebutkan oleh Imam Abdullah bin Ahmad al Fakihi (899-972 H), seorang ahli
fiqih dalam mazhab Syafi’I dan ahli Bahasa dalam Ahbar Makkah disebutkan bahwa
“disebutkan bahwa penduduk Mekah pada malam pertengahan bulan Sya’ban, mereka
bersungguh-sungguh pada malam tersebut untuk meraih kemuliannya, hal ini mereka
lakukan dari dahulu kala sampai sekarang. Di antara yang diamalkan adalah semua
laki-laki dan Perempuan pergi menuju masjid, sholat berjamaah, berthawaf,
mereka pun menghidupkan malamnya sampai subuh dengan membaca al qur’an sampai
hatam di masjidil haram”.
Jamaah sidang sholat jum’at yang
dimuliakan Allah swt
Sya’ban sendiri
itu memiliki berbagai nama dan arti. Di antaranya adalah sebagaimana disebutkan
oleh al Jauhari, Sya’ban adalah sesuatu yang memiliki makna saling berlawanan.
Sementara Ibnu Duraid mengartikan dengan berpisahnya sesuatu dan menyatunya sesuatu,
atau berkumpulnya sesuatu. Imam al Manawi menggambarkan makna sya’ban adalah
bahwa orang-orang Arab bila telah masuk bulan Rajab, maka mereka akan angkat
senjata, sementara bila sudah masuk ke bulan Sya’ban mereka akan berkumpul,
saling membuat koloni-koloni.
Definisi ini
dipertegas dengan pernyataan Abu Hilal al ‘Askari bahwa berkumpulnya Masyarakat
pada bulan Sya’ban karena ada keinginan yaitu kekuasaan atau menghendaki suatu
pemberian.
Rasulullah saw
sendiri di dalam banyak Riwayat menyebutkan tentang keutamaan malam nisfhu
sya’ban. Di antaranya adalah sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih Ibnu Hibban,
dari Mu’adz bin Jabal RA dari Rasulullah saw bersabda;
يطلع الله إلى خلقه في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع
خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
Artinya: Allah
akan menampakkan kepada hamba-Nya pada pertengahan malam sya’ban, kemudian Dia
akan memberikan ampunan kepada semua makhluq-Nya, kecuali pada orang musyrik
atau orang yagn sedang bermusuhan. HR. Ibnu Hibbah, derajat hadits sahih
Dari petunjuk
Rasulullah saw tersebut di atas. Maka malam pertengahan sya’ban memiliki
keistimewaan dan dalam sejarahnya, umat Islam juga memanfaatkan malam ini
dengan berbagai amalan-amalan. Dengan harapan, agar diberikan kebaikan dan
keselamatan dari Allah swt. Lalu, apa yagn harus lakukan atau dikerjakan?
Jamaah sidang sholat jum’at yang
dimuliakan Allah swt
As Sayyid
Muhammad bin Alawi al Makki al Maliki di dalam kitabnya madza fi sya’ban menjelakan
bagaimana menghidupkan malam pertengahan Sya’ban. Menurutnya ada dua pendapat
tentang bagaimana cara menghidupkan malam pertengahan Sya’ban, yaitu:
Pertama, dianjurkan
menghidupkan malam nishfu dengan cara berjamaah di masjid. Adalah Khalid bin
Mi’dan dan Luqman bin ‘Amir, keduanya adalah dari generasi tabi’in, apabila
telah memasuki malam pertengahan Sya’ban akan memakai pakaian yang paling
bagus, menggunakan bukhur dan bercelak. Mereka akan menghidupkan masjid pada
malam tersebut. Pendapat ini, disepakati oleh Ishaq bin Rahawaih, bahkan beliau
mengatakan bahwa menghidupkan malam itu di masjid dengan berjamaah adalah bukan
berkara bid’ah.
Pendapat kedua,
adalah pendapat yang mengatakan bahwa apabila berkumpulnya itu dilakukan secara
berjamaah, maka hal itu tidak disukai.
Namun, bila dilakuakn sendiri-sendiri. Maka hal itu tidak masalah. Ini adalah
pendapat Imam al Auza’I, pemimpin para ulama penduduk Syam.
Jamaah sidang
sholat jum’at yang dimuliakan Allah swt
Umur manusia
adalah pendek, waktu dan kesempatan adalah tidak datang pada kali yagn kedua,
ada masa Istimewa yang bersifat pekanan seperti malam jum’at, tahunan seperti
malam pertengahan Sya’ban. Maka, ingatlah sebuah peristiwa yang terjadi pada
Aisyah RA, sebagiaman dituturkan oleh Ibnu Syaibah dalam Musnafnya;
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كُنْت إِلَى جَنْبِ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم فَفَقَدْته فَابْتَغَيْتُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ
رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو فَقَالَ : يَا بنت أَبِي بَكْرٍ ، أَخَشِيت أَنَّ
يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْك وَرَسُولُهُ ، إنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِي هَذِهِ
اللَّيْلَةِ , لَيْلَة النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ , فَيَغْفِرُ فِيهَا مِنَ
الذُّنُوبِ أَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ مَعْزِ كَلْبٍ.
Artinya: dari
Aisyah berkata, “suatu ketika, saya kehilangan Rasulullah saw di sisiku, lalu
saya telusuri, dan ternyata beliau sedang ada di Baqi’ tengah menengadahkan
kedua tangannya ke langit seraya berdoa. Lalu beliau saw berkata, “wahai
putrinya Abu Bakar, apakah kamu takut Allah akan menghilangkan
utusan-Nya?, sesungguhnya pada malam
hari ini, adalah malam pertengahan Sya’ban, Allah akan mengampuni segala dosa,
meski banyaknya sebilang bulu domba”.
Janganlah
sampai kita kehilangan momentum terbaik ini, adalah momentum yang datang di
ukuran tahun sekali. maka;
وَسَارِعُوۤا۟ إِلَىٰ مَغۡفِرَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ
Artinya:
berlomba-lombalah kalian dalam meraih ampunan tuhan kalian. QS al Imran ayat
133.
بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم
ونفعنى وإثاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، أقول قولي هذا وأستغفر الله
العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات استغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar