Kamis, 28 Desember 2023

Bagaimana Merayakan Kebahagiaan?

Khutbah Jum'at, 29/12/2023

Bagaimana Merayakan Kebahagiaan?

Oleh: Abu Hasan Mubarok, Gr. S.SI. M.Pd

Ketua Umum MUI Kab. Penajam Paser Utara

 الحمد لله الذي زين قلوب أوليائه بأنوار الوفاق، وسقى أسرار أحبائه شرابًا لذيذ المذاق، وألزم قلوب الخائفين الوجَل والإشفاق، فلا يعلم الإنسان في أي الدواوين كتب ولا في أيِّ الفريقين يساق، فإن سامح فبفضله، وإن عاقب فبعدلِه، ولا اعتراض على الملك الخلاق.

 أشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير، إلهٌ عزَّ مَن اعتز به فلا يضام، وذلَّ مَن تكبر عن أمره ولقي الآثام. وأشهد أن سيدنا وحبيبنا وشفيعنا محمدًا عبد الله ورسوله، وصفيه من خلقه وحبيبه، خاتم أنبيائه، وسيد أصفيائه، المخصوص بالمقام المحمود، في اليوم المشهود، الذي جُمع فيه الأنبياء تحت لوائه.

 اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبع الهدى إلى يوم الدين، أما بعد:

فيا عباد الله أوصي نفسى وإياكم بتقوا الله بإقامة أوامر الله واجتناب نواهيه، ومن يتق الله فقد فاز، قال الله تعالى (( وَٱتَّقُوا۟ یَوۡمࣰا لَّا تَجۡزِی نَفۡسٌ عَن نَّفۡسࣲ شَیۡـࣰٔا وَلَا یُقۡبَلُ مِنۡهَا عَدۡلࣱ وَلَا تَنفَعُهَا شَفَـٰعَةࣱ وَلَا هُمۡ یُنصَرُونَ ))

 Jamaah sidang solat jum’at yang dimuliakan Allah swt.

Kebahagiaan dan kesengsaraan diibaratkan dua sisi mata uang. Keduanya tidak bisa saling dipisahkan. Cuman perbedaannya adalah bahwa kebahagiaan adalah hal yang paling dicari oleh setiap manusia dan diharapkan, sementara kesengsaraan adalah hal yang paling tidak disukai dan dihindari.

 Di dalam al qur’an surat Yunus ayat 58, Allah swt berfirman:

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ

Artinya: katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yagn mereka kumpulkan”.

 Dari ayat ini kita bisa memaknai bahwa kebahagiaan adalah perintah dari Allah swt. Namun, syarat utama dalam memaknai kebahagiaan itu sendiri adalah dengan kesadaran dan merasakan akan adanya karunia dan rahmat Allah swt.

 Imam Asy Syaukani (w. 1250 H) dalam Fathul Qadir menjelaskan bahwa menurut Abdullah bin Abbas bahwa yagn dimaksud dengan karunia Allah adalah al qur’an, sedangkan rahmat Allah adalah ajaran Islam. Dengan ini menjadi jelas bahwa landasan seorang mukmin dalam merasakan dan merayakan kebahagiaan adalah pada al qur’an dan ajaran Islam.

Ingat bagaimana dahulu Ketika orang-orang Aus dan Khazraj yang sedarah kandung, selama ratusan tahun selalu berperang dan bertikai, hingga pada hal-hal yagn paling sepele pun mereka akan bertikai. Padahal dahulunya, mereka berasal dari satu keturunan. Abu al Hajjaj al ‘Asyari dalam at ta’rif bil ansab wa tanbih bi dzawil ahsab mengatakan bahwa suku Aus dan Khazraj merupakan dua putra dari Haitsah al ‘Unaqa bin Amar bin Amir, sementara ibunya adalah Qailah bintu al Arqam bin Amar.

 Setelah Islam datang, keduanya menyatu dan Kembali ke pangkuan persaudaraan. Ini adalah suatu contoh kebahagiaan sejati pada manusia. Maka tidak heran, Ketika Imam Syaukani menjelaskan lebih lanjut bahwa huruf fa pada lafaz falyafrakhu adalah jawab syarat di mana struktur kalimatnya adalah,

إنْ فَرِحُوا بِشَيْءٍ فَلْيَخُصُّوا فَضْلَ اللَّهِ ورَحْمَتَهُ بِالفَرَحِ.

Artinya: apabila mereka bergembira dengan sesuatu, maka ingatlah dengan karunia dan rahmat Allah.

 Al farah itu sendiri adalah kenikmatan di dalam hati dengan sebab adanya capaian harapan.

 Jamaah sidang solat jum’at yang dimuliakan Allah swt.

Momentum Desember acapkali dijadikan sebagai momentum liburan, momentum pelepas kerinduan antara anggota keluarga, karena biasanya ada hari libur di akhir tahun. Oleh karenanya, momentum liburan ini dimanfaatkan untuk merayakan dan menjadi sebab kebahagiaan. Apalagi disambut dengan momentum pergantian tahun baru.

 Biasanya, orang akan merayakan tahun baru dengan penuh suka cita dan harapan. Tidak sedikit orang menyiapkan dan mengeluarkan uang untuk bersenang-senang, bergembira, dan bahkan ini hal yang sangat disayangkan momentum itu dijadikan sebagai sarana untuk kesempatan melanggar perintah Allah swt. Banyaknya perzinahan, perkelahian, hura-hura, pemborosan, dan lain sebagainya. Itu adalah contoh-contoh bagaimana merayakan kebahagiaan yang tidak diridhai Allah swt.

 Allah swt mengingatkan kepada kita semuanya akan firmannya di surat Ghafir ayat 75-76:

ذلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ - ٱدۡخُلُوۤا۟ أَبۡوَ ٰبَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِینَ فِیهَاۖ فَبِئۡسَ مَثۡوَى ٱلۡمُتَكَبِّرِینَ

 Artinya: yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di bumi (tanpa) mengindahkan kebenaran dan krena kamu selalu beruka ria dalam kemaksiatan. Masuklah kalian ke dalam neraka Jahannam selamanya, alangkah buruknya orang-orang yang berlaku sombong yang akan menempati Jahannam.

 Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) menjelaskan bahwa ini adalah rangkaian ayat-ayat tentang kondisi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, tidak mempercayai kebenaran dari Allah swt, dan bahkan mereka suka menggunakan dalih, menentang dan cenderung pada kebathilan, akal mereka tidak digunakan untuk mencari petunjuk.

 Jamaah sidang solat jum’at yang dimuliakan Allah swt.

Gunakanlah uang sebagai rizki yang telah Allah swt titipkan kepada kita untuk kebaikan, niatkanlah untuk menjaga ukhuwah/persaudaraan sesama Muslim, bangsa dan negara. Jadikan waktu-waktu tersebut sebagai sarana untuk bersyukur, bukan untuk menambah kekufuran.

 Allah swt sangat mengecam keras tindakan orang-orang yang tidak bisa mensukuri nikmat-Nya. Di dalam surat Ibrahim ayat 7;

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ

Artinya: dan ingatlah Ketika Tuhanmu memaklumkan, sesunguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.

 Dalam ayat ini, Ibnu Katsri (w. 774 H) memaparkan bahwa penggunaan lafaz taadzdzana adalah memiliki makna mendeklarasikan akan ancaman, bisa juga bermakna Tuhanmu bersumpah dengan kemuliann-Nya, keagungan-Nya.

 Membelanjakan nikmat yang telah Allah berikan bukan di jalur untuk mendekat kepada-Nya merupakan suatu bentuk kekufuran. Imam Ibnu Katsir mengatakan ada dua bentuk kekufuran terhadap nikmat Allah swt, yaitu; pertama; menyembunyikan (الستر) dan menyangkal atau tidak berterimakasih (الجحود).

 Di dalam musnad imam Ahmad ada sebuah riwayat yang menggambarkan bagaimana Rasulullah saw memberikan apresiasi akan kesyukuran. Dari Tsabit dan Anas berkata:

أَتَى النَّبِيَّ ﷺ سَائِلٌ فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ فَلَمْ يَأْخُذْهَا -أَوْ: وَحِشَّ بِهَا -قَالَ: وَأَتَاهُ آخَرُ فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ! تَمْرَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ. فَقَالَ لِلْجَارِيَةِ: "اذْهَبِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فأعطيه الأربعين درهما التي عِنْدَهَا".

Suatu Ketika Rasulullah saw didatangi oleh dua orang pengemis, lalu Rasulullah saw menyodorkan kurma, kemudian si pengemis tadi menolaknya. Lalu datang pengemis yagn kedua, dan dia menerima kurma pemberian Rasulullah saw dan berucap, “ini adalah kurma dari Rasulullah saw”. Lalu Rasulullah saw pun berkata kepada pembantunya, “pergilah ke Ummu Salamah dan berikanlah pengemis ini 40 dirham yang dimilikinya”.

 Dari hadits ini menunjukan bahwa karunia yang baik akan Kembali kepada kebaikan pula. Dan penerimaan yang baik akan dibalas dengna penerimaan yagn lebih baik pula. Demikian pula dengan harta kita. Jangan sampai momentum kebersamaan, momentum kebahagiaan Bersama keluarga, teman dan rekan-rekan, akan berubah menjadi sikap kita dalam mengkonfirmasi bahwa kita adalah bukan orang-orang yang pandai dalam mensyukuri nikmat. Karena ancaman orang-orang seperti ini adalah Jahannam dan kemurkaan dari Allah swt.

 Sebaliknya, manfaatkanlah karunia Allah swt tersebut sebagai sarana untuk bahagia, dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Ingatlah bahwa kehidupan itu hanyalah sesaat, sementara kehidupan akhirat adalah kekal dan abadi selama-lamanya.

 أعوذ بالله من الشيطان الرجيم – بسم الله الرحمن الرحيم – والعصر إن الإنسان لفى خسر – إلا الذين أمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر.

بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم ونـفعـنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروا إنه هو الغفور الرحيم. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar