Kamis, 30 Desember 2021

Ketua MUI Mengisi Khutbah Jum'at Akhir Tahun di Masjid Polres PPU

 

Foto bersama Ketua MUI PPU, Pengurus Masjid Asyurthah Polres PPU. H. Muhadi. M.H dan Pak Guru Hasan. Jumat, 31 Desember 2021.

Isi khutbah bisa dibuka di file postingan kemarin ttg Pesan sang kekasih kepada kekasihnya.

Pesan kekasih dengan kekasihnya

Abu Hasan Mubarok, Gr. S.SI

Ketua Umum MUI Kab. PPU



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام علي رسول الآمين وعلى آله وصحبه أجمعين، وبعد

Persahabatan antara Rasulullah saw dengan Abu Bakar sudah terjalin sejak masa muda mereka. Abu Bakar as memiliki kecenderungan kuat terhadap ajaran yang lurus (baca: hanif), memiliki pandangan dan akal yang jujur dan benar. Rasulullah saw sudah menjadi pedagang sejak usia 12 tahun dan Abu Bakar juga berprofesi sebagai pedangan. Keduanya sama-sama suka bepergian dan tentu saling mengenal.

Allah swt kemudian membuka mata hati Abu Bakar ketika kerasulan Muhammad saw sudah terjadi. Dr. Ali Muhammad Muhammad Shalabi dalam Abu Bakar as Shidiq; syakhshiyatuhu wa ‘ashruru mengkisahkan bagaimana awal mula keislaman Abu Bakar. Suatu ketika dia sedang duduk-duduk di halaman ka’bah, dan dilihatya Zaid bin Amar bin Nufail pun sedang duduk. Tiba-tiba datang Ibnu Abi Shalat dan berkata, “Bagaimana harimu wahai pecinta kebaikan?” lalu Abu Bakar menjawab, “baik”. Lalu Abi Shalati berkata lagi, “Apakah Anda sudah menemukan “kebaikan” itu?”. Abu Bakar menjawab, “Belum”. Kemudian dia bersenandung’

كل دين يوم القيامة إلا  ما مضى فى الحنفية بُوْرُ

Artinya: setiap agama pada hari kiamat akan ditinggalkan, kecuali ajaran yang lurus

 

Singkat kisah, Abu Bakar akhirnya masuk ke dalam ajaran agama yang lurus ini, Islam. Dan dalam catatan sejarah perjalanan Rasulullah saw dan perjuangan Islam, peranan Abu Bakar ra selalu ada di setiap sisi baginda Rasulullah saw dan umat Islam. Bahkan al qur’an membahasakan dengan istilah

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Jadi bisa dikatakan, bahwa antara Rasulullah saw dengan Abu Bakar adalah antara kekasih dengan kekasihnya. Di antara pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan Abu Bakar as shiddiq ra ini aalah suatu ketika Abu Bakar as Sidiq RA meminta suatu pengajaran agar dengan pengjaran ini, ia selalu terlindungi dan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Kemudian Rasulullah saw memberikan arahannya agar membaca seuatu di setiap pagi dan sore hari.

 

Kisah ini dituturkan oleh Imam Abu Daud (w. 275 H) dan Tirmidzi (w. 279 H) dari Musaddad dari Hasyim dari Ya’la bin ‘Atha dari Amar bin ‘Ashim dari Abu Hurairah RA sesunguhnya;

 

حدثنا مسدد حدثنا هشيم عن يعلى بن عطاء عن عمرو بن عاصم عن أبي هريرة : أن أبا بكر الصديق رضي الله عنه قال: (يا رسول الله! مرني بكلمات أقولهن إذا أصبحت وإذا أمسيت، قال: قل: اللهم فاطر السماوات والأرض عالم الغيب والشهادة رب كل شيء ومليكه، أشهد أن لا إله إلا أنت، أعوذ بك من شر نفسي وشر الشيطان وشركه، قال: قلها إذا أصبحت وإذا أمسيت وإذا أخذت مضجعك

 

Artinya: Abu Bakar as Shiddiq ra berkata, “wahai Rasulullah! Perintahkan kepadaku dengan kalimat (perintah) di mana dengannya saya akan bacan itu di waktu pagi dan waktu petang”. Lalu Rasulullah pun berkata, “katakanlah: Allahumma fathirassamawati wal ‘ardh, ‘aalimul ghaib wasyahadah rabbi kulli syain wa maliikah, asyhadu an laailaaha illa anta, audzubika min syarri nafsi wa syarri syaithani wa syirkih”. Bacalah itu di waktu pagi dan petang serta menjelang tidur.

 

Hadits ini juga dinukil oleh Imam Abu Zakariya an Nawawi (w. 768 H) dalam riyadhussalihin dengan derajat hadits hasah sahih.

 

Kita tahu begitu dekat hubungan dan interaksi Abu Bakar as shidiq RA dengan baginda Rasulullah saw. Dalam akal pikiran kita, tentu dekat dengan kekasih Allah, kita akan selalu mendapatkan apa yagn didapat oleh kekasih Allah tersebut, bahkan beliau baginda Rasulullah saw adalah bukan hanya kekasih Allah, namun nabi dan rasul pilihan-Nya. Sudah barang tentu, apa yang didapat oleh baginda akan pula didapat oleh sahabat dekatnya.

 

Namun, Abu Bakar as Shiddiq RA hendak memberikan suatu pelajaran kepada kita Bersama, bahawa:

1.      Kedekatan kita dengan seseorang tidak serta merta membuat kita sama kedudukan dan kemuliaan dengan seseorang tersebut. Meskipun teori ini, sering kali terdapat pengecualian.

2.      Manusia manapun akan dan tidak luput dari ujian Allah swt. Di antara ujian itu berupa kejahatan-kejahatan. Manusia mana yagn tidak pernah berbuat jahat? Dan tidak selamanya iblis berbuat jahat. Meski setelah peristiwa pengusiran itu kondisi berubah.

3.      Sumber kejahatan ada 2, yaitu; 1) dari manusia itu sendiri, 2) dari syaitan dan sekutunya.

4.      Kejahatan yang bersumber dari manusia disebakan karena banyak factor. Tentu, takdir Allah telah menentukan itu. Namun, juga Allah telah menentukan penangkalnya. Asy Syaikh al ‘Allamah Muhammad Arsyad al Banjari dalam sabilal muhtadin menyebutkan bahwa manusia diberi oleh Allah swt dengan 4 potensi, yaitu;

1)      Quwwah nathiqiyah (kekuatan akal pikiran)

2)      Quwwah ghadabiyah (kekuatan marah/emosi)

3)      Quwwah syahwatiyah bathiniyah (kekuatan dalam diri memenuhi kebutuhan)

4)      Quwwah syahwatiyah farjiyah (kekuatan berketurunan)

 

Text Box: قوة عقلية
قوة شهوتية باطنية
قوة شهوتية فرجية
قوة غضبية
Text Box: زنديق
طمع
حيوان مفترشة  (predator)
جبارية
Text Box: عبادة
معاملة
مناكحات
جنايات
Text Box: خير Text Box: شر

 

 

 

 

 

 

 

 5.      Tinjauan aspek kebahasaan.

a.       Makna التعوذ at ta’awwudz, artinya perlindungan. Ta’awudz merupakan bentuk penyandaran jiwa kepada sang pemiliknya. Segala amal perbuatan kita adalah bentuk ekspresi dari diri dan jiwa kita. Dan ekspresi itu kadang bisa bermakna ganda, yaitu; jujur karena mengharap ridha Allah dan jujur karena mengharap pendangan manusia.

Ingat konsep 5 ciri pendusta agama yagn dijelaskan Allah di dalam surat al ma’un. Di antaranya adalah alladzina hum yuraaun, yaitu orang-oragn yang ingin dilihat.

Ekspresi manusia itu bersifat rahasia, dan yang tahu hanya dirinya dan Allah swt. Oleh karena itu, agar amalan yagn kita lakukan tidak sampai hilang dengan kesadaran kita (tehanyut), hilang tanpa kita sadari, atau hangus atau terbengkalai dan lain-lain. Maka kita diminta berlindung kepada sang pemilik diri, yaitu Allah swt.

Juga, sangat bisa jadi. Dalam pengalaman itu, ternyata kita tidak sempurna dalam pengerjaannya. Mohon maaf, pekerja bangunan, yang mengerjakan bangunan asal-asalan, ada atau tidak? Pegawai yagn bekerja di kantor dan sudah mendapatkan haknya untuk mengurusi sesuatu pekerjaan, namun tetap meminta imbalan atas pekerjaannya itu kepada orang lain? … jawabannya ada. Prinsip asal-asalan adalah rumus syaitan dalam menggoda manusia, agar amalan yagn dikerjakannya tidak sempurna dan akibatknya sahuun  dalam beramal.

b.      Makna الشر asy syarrun. Adalah berarti segala jenis kejahatan dengan segala bentuknya itu disebut syarrun. Di dalam Bahasa arab bentuk kalimat keburukan memiliki banyak model, seperti;

سُوء، فَسَاد، إِسَاءَة، أَذَى، بَائِقَة، مُصِيبَة، بَاطِل، ضَلاَل، كَذِب، شُؤْم، نَحْس، أَذَى

Ibnu Faris menjelaskan makna asy syarr ini. Bahwa menurutnya asy syarr menurut Bahasa terdiri dari huruf syin dan ra, di mana artinya adalah penyebaran dan (berpandangan) kesialan. Orang yang selalu berpandangan “belum apa-apa” sudah menilainya “sial” duluan. Itu benih-benih kejahatan. Ini adalah penyakit. Rasulullah saw menyebutnya الهم. Adalah suatu sikap takut sebelum melakukan sesuatu. Makanya beliau ajarkan kepada sahabatnya yang “lari” dari kejaran hutang dan menginap dan “bersemedi” di dalam masjid.

 

c.       Makna  النفس an nafs, artinya jiwa. Ibnu al Faris menyebut an nafs terdiri dari tiga huruf yaitu nun, fa dan sin. Arti secara Bahasa adalah keluarnya angin yang lembut dari sesuatu. Di dalam penggunaannya, kata an nafs dipakai pada 2 hal, yaitu; 1) ar ruuh dan 2) al jasad.

Ilmu tentang an nafs ini memang bervariasi dalam pembagian dan penjelasannya, hal ini tergantung pada apa, siapa dan dimensi keilmuwan apa yagn dikuasi oleh seseorang. Namun, di dalam kajian al qur’an. Nafsu ini secara umum terbagi menjadi 3, yaitu;

a.       Nafsu al ammarah, kecenderungan untuk mengikuti hawa nafsu. Surat Yusuf ayat 53 menjadi teladan dalam hal ini.

b.      Nafsu al lawwamah, perjalanan manusia di dalam surat al qiyamah. Adalah nafsu yang kecenderungannya pada berbuat buruk. Meskipun kadang ada pertentangan dengan dirinya untuk berbuat baik.

Imam al Aluusi (w. 1270 H) dalam ruuh al ma’ani menjelaskan bahwa seringkali nafsu lawwamah ini disebut juga dnegan nafsu al muttaqiyyah. Yaitu nafsu yang menghendaki ketaatan kepada Allah, namun akhirnya dia lebih memilih untuk berbuat jahat atau melanggar.

Rasulullah saw bersabda:

لَيْسَ مِن نَفْسٍ بَرَّةٍ ولا فاجِرَةٍ إلّا وتَلُومُ نَفْسَها يَوْمَ القِيامَةِ إنْ عَمِلَتْ خَيْرًا قالَتْ كَيْفَ لَمْ أزِدْ مِنهُ، وإنْ عَمِلَتْ شَرًّا قالَتْ لَيْتَنِي قَصَّرْتُ .

Artinya: tidak ada nafsu barrah (baik) dan buruk kecuali pada hari kiamat di akan mencela atau menyalahkan dirinya dengan berkata apabila nafsunya berbuat baik. Maka mengapa ia tidak menambahi perbuatan baik itu dan apabila nafsunya melanggar, maka ia berkata, mengapa ia melakukan hal itu.

 

Kata kunci petunjuk pengalahan nafsu lawwamah ini adalah di dalam surat al qiyamah. Di antaranya; 1) kesadaran akan penghisaban, 2) hidupkan diri dengan al qur’an, 3) banyak mengingat akan kematian.

 

c.       Nafsu al muthmainnah, sebagaimana disebutkan dalam surat al fajr.

d.      Makna الشيطان artinya para ulama melihat lafaz syaitan terdiri dari 2 pendapat, yaitu;

1)      Huruf nun adalah huruf asli, maka artinya al bu’du atau jauh.

2)      Huruf nun adalah tamabahan, maka artinya ihtaraq atau terbakar.

Syaitan itu adalah iblis itu sendiri. Sebagaimana kisah dialog antar makhluq Allah ketika penobatan Nabi Adam as.

6.      Pelajaran secara umum, di antaranya:

a.       Petunjuk untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah swt

b.      Perhatian kepada 2 waktu, yaitu waktu pagi dan waktu petang dan sebelum tidur.

c.       Bacaan khusus yang telah diajarkan kepada Abu Bakar as Shiddiq RA

d.      Seorang sahabat harus memberikan pesan dan arahan yang baik kepada sahabatnya yang lain.

e.       Sahabat adalah menunjukan kepada jalan kebaikan. Di dalam pepatah arab disebutkan

صديقك من صَدَقَكَ لا من صدّقك

Temanmu adalah orang yang jujur kepadamu, dan bukan orang yang membenarkan (segala tindakan) mu.

f.        Bacaan tertentu pada kondisi tertentu.

g.      Bacaan yang diajarkan Rasulullah saw itu ringan-ringan dan jelas tujuannya

h.      Harus selalu waspada dan jangan lengah, bahwa kejahatan itu bisa berasal dari dalam diri kita dan juga bisa melalui syaitan atau iblis atau rekan-rekannya.

i.        Rekan iblis ini bisa dalam bentuk golongan yagn sama dengan mereka, atau golongan manusia.

j.        Ingat kisah sahabat Tsabiq bin Qais RA dengan turunnya surat al Hujurat. Baca tafsir nadzmu ad durari susunan al Imam al Baqa’i asy Syafi’I (w. 885 H)

 

Saya hadiahkan maqalah ini apabila mengandung kebaikan dan pelajaran untuk ayahanda tercinta KH. Munawar al Badri dan juga kakek nenek dari jalunya, Kyai Badri, Mbok Tohiroh (Mbok Sarwen) anak, putu, buyut lan sapiturute….. al fatihah

H. Surasedana dan semua keturunannya anak, cucu, cicit, canggah, wareng, udeg-udeg dan sapiturute…. al fatihah

Semua guru dan masyarakat umate kanjeng Nabi Muhammad saw al fatihah….

Mohon keikhlasan doa, al fatihah….

 

وصل اللهم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه الأكرمين أجميعن وعنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين 

link tulisan versi pdf.

https://drive.google.com/file/d/1YdFO40UYk_dZ6Dov3A7_Zl6LPuVa6Pwm/view?usp=sharing